Pages

Subscribe:

Minggu, 01 Juli 2012

Ahli Zikir

KH Abdullah Gymnastiar
Seorang hamba ahli zikir bertumpu pada keyakinan yang benar, mendalam, dan mantap kepada Allah SWT sehingga ia senantiasa menjadikan Allah sebagai tumpuan harapan, kerinduan, pertolongan, dan tujuan dari setiap aktivitas dan amal-ibadahnya. Apa pun yang terjadi baginya sama sekali tidak akan mengurangi keyakinannya pada Allah dan bahkan ia akan selalu ridha akan ketentuan-Nya.Seorang hamba ahli zikir akan tercermin pula dari ibadah kesehariannya yang dilakukan secara benar, sungguh-sungguh, dan istiqomah.

Berikut ini adalah penjelasan lebih detail dari sebagian tanda-tanda sebagai perwujudan dari seorang hamba ahli zikir yang benar.

a. Ikhlas
Ciri utama dari seorang hamba ahli zikir adalah sangat menjaga keikhlasan dari amalnya, buah dari tingkat keyakinan yang begitu mendalam kepada Allah. Ia yakin bahwa Allah-lah yang menciptakan dirinya, dan hanya Allah-lah yang menguasai segala-galanya temasuk dirinya, masa depannya, hidup dan matinya. Sehingga tujuan hidupnya sangat jelas dan pasti, yaitu menjadikan seluruh aktivitas hidupnya semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT. Semuanya dilakukan dalam rangka mengejar kasih sayang, keridhaan, dan indahnya bertatapan dengan Dzat Yang Mahadirindukan, yaitu Allah Azza wa Jalla.

Sungguh bagi pribadi seorang hamba ahli zikir akan memancarkan cahaya keikhlasan dari setiap tindakan yang dilakukannya, sangat jauh dari sifat pamrih, rekayasa, popularitas, serta menjaga diri dari sifat tamak akan kedudukan, jabatan, pujian, penghargaan, dan kerinduan balas budi. Kepuasan yang tertanam jauh di lubuk hatinya hanyalah jika amalnya diterima oleh Allah, sehingga baginya cukuplah pandangan dan balasan dari Allah saja

b. Zuhud
Karena sangat yakin akan kebesaran dan keagungan Allah, dan sangat sadar akan kecil dan sangat tiada artinya dunia ini bagi Allah SWT, maka bagi seorang hamba ahli zikir walaupun kesehariannya lekat dengan kesibukan dan gelimang duniawi namun ternyata keadaan duniawinya sangat bersahaja. Sama sekali tidak ada kebanggaan dan cinta terhadap materi, tidak tamak, tidak serakah dan sangat jauh dari bermegah-megahan, atau bahkan bergelimang menikmati kemegahan. Setiap harta duniawi yang dicari dan yang telah dimilikinya selalu diperhitungkan dengan baik agar dapat dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah, serta dapat memberi manfaat yang besar bagi dunia dan akhirat dirinya dan juga orang lain.


Seorang hamba ahli zikir pastilah seorang ahli zuhud, yakni lebih yakin dengan apa yang ada di "tangan" Allah daripada dengan apa yang ada di tangannya. Dengan demikian seorang ahli zikir akan memiliki pribadi yang sangat khas, yakni sangat ringan dan menikmati dalam menafkahkan rezekinya, sangat dermawan, dan tidak mengenal kikir.

c. Berkepribadian tenang dan mantap
Keyakinan yang mendalam terhadap janji-janji Allah yang mustahil dipungkiri-Nya, serta tidak akan pernah meleset walau barang sedikitpun membuat kondisi mental yang sangat mantap dan stabil di dalam menghadapi situasi apa pun. Di dalam lubuk hatinya tertanam keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pemberi jalan keluar yang Mahaberkuasa atas segala-galanya sehingga mampu mengusir sifat was-was, gelisah, cemas terhadap urusan duniawi yang telah dijanjikan Allah.

Sabtu, 30 Juni 2012

Ada apa di bulan MUHARRAM ??


Bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari keempat bulan haram sebagaimana difirmankan Allah SWT yang artinya, "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) din yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (At-Taubah: 36).

Empat bulan sebagaimana tersebut dalam ayat di atas adalah Muharam, Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijah. Dalam empat bulan ini kaum muslimin diharamkan untuk berperang melawan orang kafir.
Bila mata bertemu mata akan datang rasa kasih.
Bila hati bertemu hati akan datang rasa sayang.
Tapi bila dahi bertemu sajadah akan terasa kebesaran Allah SWT.


Hari hari bersejarah bulan MUHARRAM

01 : Tahun Baru Hijriah ( 23 Februari 2004 )
01 : The supplication of Prophet Zakariyyah (p.b.u.h) accepted
01 : Battle of Dhatal Ruqqa' and the revelation of the verse of Salaatul Khawf in 6 AH
02 : Imam Husain as tiba di Karbala ( 24 Februari 2004 )
03 : Istishad Imam Husain as ( 25 Februari 2004 )
04 : Imam Hussain [A.S.]'s camp was moved from near the River Euphrates
04 : Prophet Moussa [A.S.] crossed The River Nile and Pharaoh and his army drowned
06 : 30,000 of Yazid's army arrive in Kerbala
07 : Access to Euphrates River was blocked by the enemy
09 : Yaumul Tasu'a: The Imam [A.S.] was surrounded by enemies/Eve of Ashoora
10 : Asyura / Syahid Imam Husain as - 61H ( 03 Maret 2004 )
11 : Wafat of Adam Safiyyullah [A.S.]
11 : The Prophet’s [S.W.S.] grand-daughters Zaynab and Umm Khultoum [A.S.] and his grandsons [A.S.], Imam Ali Zayn Al-Abidin [A.S.] and Imam Muhmmad Al-Baqir [A.S.] and other members of the Holy Prophet’s [S.W.S.] Ahlul Bait were shackled, taken prisoner, taken to Kufa and then to Damascus. (Ash Shams)
12 : Ziyarat Shuhada e Kerbala and the arrival in Kufa of the Ahlul Bait [A.S.]
13 : Burial of the Martyrs [A.S.] [according to one source]
16: Changing of Qibla from Baitil Maqdas to The Kaaba in Makkah, 2 AH (according to another source 17th Muharram)
17 : Changing of Qibla from Baitil Maqdas to the Kaa’ba in Makkah, 2 AH (according to another source 16th Muharram)
17 : Abraha and his army advanced on The Ka'aba to destroy it but instead were punished by Allah [S.W.T.]
25 : Syahid Imam Ali Zainal Abidin as - 95H ( 18 Maret 2004 )

Sabtu, 24 Maret 2012

Ada apa dengan Islam sehingga begitu dibenci dan dimusuhi ?

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah
-       Judul diatas bukanlah isapan jempol belaka atau dikarang dikarang.

Didalam Edisi 2004 salah situs kristiani secara khusus mencantum para Muslim Tionghoa yang tergabung dalam Persatuan islam Tionghoa indonesia kedalam
Doa 40 Hari ( edisi 2004 ), yang isinya sangat self explained.

ACEH, NUSANTARA, DAN KHILAFAH ISLAMIYAH

Indonesia, yang dulu dikenal dengan istilah Nusantara, merupakan negeri Muslim terbesar di dunia Islam. Jauh sebelum merdeka dari penjajahan fisik (militer) dan menjadi sebuah negara Indonesia, di wilayah Nusantara telah berdiri pusat-pusat kekuasaan Islam yang berbentuk kesultanan. Mulai dari kesultanan Aceh yang terletak di ujung barat, hingga kesultanan Ternate di ujung timur.

Berbagai catatan sejarah membuktikan bahwa kesultanan-kesultanan Islam tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan memiliki hubungan sangat erat dengan Kekhilafahan Islam, khususnya Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Tulisan ini akan mengulas secara ringkas beberapa bukti sejarah yang menggambarkan hubungan kesatuan antara kesultanan-kesultanan Islam di wilayah Nusantara dengan Khilafah Islamiyah.

Minggu, 18 Maret 2012

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

Hikmah Oleh : Erros Jafar 08 Jan 2004 - 8:01 am

Dengarkan Al Quran online sambil menghayatai artikel ini
01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;

80 Tahun Dunia Menanti Khilafah


Kajian Siyasah/Khilafah Oleh : Redaksi 12 Mar 2004 - 10:25 am

(Memperingati Pembubaran Khilafah, 3 Maret 1924)
Di sepanjang abad ke-20 hingga kini, dunia yang kita diami diwarnai dengan persoalan-persoalan pelik yang tidak selesai diatasi umat manusia, sekalipun teknologi yang dimilikinya jauh lebih baik dari zaman sebelumnya. Keluarga manusia tumbuh setiap hari seperempat juta jiwa. Namun manusia tidak sama.

37 Tentara Korsel Memeluk Islam Sebelum ke Iraq


37 Tentara Korsel Memeluk Islam Sebelum ke Iraq

Journey to Islam Oleh : Redaksi 07 Feb 2007 - 9:37 pm

Sebanyak 37 tentara Korea Selatan memeluk agama Islam menjelang keberangkatnnya ke Iraq di akhir Juli tahun lalu. "Islam lebih humanistik, " ujarnya

Umat Islam Korea Selatan kini memperoleh tambahan jamaah baru setelah sekitar 37 tentara dari Negara itu menyatakan telah memeluk Islam menjelang keberangkatannya menuju Iraq.

Selasa, 07 Februari 2012

Imam Ibnul Jauzi Menghabiskan masa Mudanya Untuk Mencari Ilmu

Semoga Allah merahmati Abul Faraj Abdurrahman bin Al-Jauzi (wafat tahun 597 H.), ketika dia menjelaskan keseriusannya dalam mencari ilmu, dan dia menghabiskan masa mudanya untuk meraihnya. Dia menyinggung nikmatnya menggeluti ilmu tersebut, saat ia telah berusia setengah baya dan telah sempurna ilmunya.

Dia berkata di dalam kitabnya Shaidul Khatir, II:329, “Barangsiapa menghabiskan masa mudanya untuk ilmu, maka pada masa tuanya nanti ia akan memuji hasil dari apa yang telah ia tanam. Dia akan menikmati hasil karya yang telah ia himpun. Dia tidak akan menggubris hilangnya kenyamanan fisik yang ia alami, setelah ia melihat kelezatan ilmu yang telah ia raih. Disamping itu, ia juga merasakan kelezatan saat mencarinya, yang dengannya ia berharap mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, bisa jadi berbagai upaya untuk mendapatkan ilmu tersebut lebih terasa nikmat daripada hasil yang telah ia raih.

Sang Pemuda dan Tukang Sihir (Ashhabul Ukhdud)

Peristiwa Ashhabul Ukhdud adalah sebuah tragedi berdarah, pembantaian yang dilakukan oleh seorang raja kejam kepada jiwa-jiwa kaum muslimin, ini merupakan kebiadaban dan tindakan tak berpreikemanusiaan; namun akidah tetaplah harus dipertahankan, karena dengannyalah kebahagiaan yang abadi akan diperoleh. Allah mengisahkan kejadian tragis ini dalam Alquran dengan firman-Nya:
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Buruju: 4-7)

Para ahlul ilmi sedikit berselisih dalam menafsirkan siapakah Ashhabul Ukhdud. Sebagian di antara mereka (ahlul ilmi) mengatakan bahwa mereka (Ashhabul Ukhdud) adalah suatu kaum yang termasuk orang-orang ahli kitab dari sisa-sisa orang Majusi.

Dan Khalifah pun Terhina

Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Ilmu agama adalah bagaikan simpanan harta yang Allah bagikan kepada siapa saja yang Allah cintai. Seandainya ada segolongan manusia yang berhak untuk diistimewakan untuk menjadi ulama tentu keluarga Nabi-lah yang paling berhak mendapatkan pengistimewaan. Atha’ bin Abi Rabah adalah orang Etiopia. Yazid bin Abu Habib itu orang Nobi yang berkulit hitam. Al Hasan Al Bashri adalah bekas budak milik kalangan Anshar. Sebagaimana Muhammad bin Sirin adalah mantan budak dari kalangan Anshar.” (Shifat Ash Shafwah, jilid 2, hal. 211).

Diantara ulama besar Islam di zaman tabiin yang berdomisili di Mekah adalah Abu Muhammad Atha’ bin Aslam Abu Rabah yang terkenal dengan sebutan Atha’ bin Abi Rabah.

Kisah Sufyan Ats-Tsauri dalam Menuntut Ilmu

Sejarawan dan ahli nasab, Ibnu Sa’ad, berkata di dalam kitabnya Ath-Thabaqatul Kubra,VI: 372, saat membicarakan Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah (lahir tahun 97 H, dan wafat tahun 161 H), “Sufyan Ats-Tsauri bersembunyi dari Khalifah Abbasiyyah Al-Mahdi karena suatu kalimat kebenaran yang ia katakan, dan membuat Al-Mahdi marah. Al-Mahdi mencarinya untuk menghukumnya. Maka, Sufyan Ats-Tsauri bersembunyi di Mekah dan tidak muncul di hadapan khalayak. Pada waktu itu, ia mengalami kemiskinan dan kesulitan hidup yang sangat berat. Saat ia dalam keadaan miskin dan sulit ini, saudara perempuannya mengirimkan sekantong khusykananaj kepadanya dari Kuffah melalui kawannya, Abu Syihab Al-Hannath.

Abu Syihab Al-Hannath pun tiba di Mekah. Saat ia bertanya tentang Sufyan, maka ditunjukkan kepadanya, bahwa boleh jadi Sufyan sedang duduk di balik Ka’bah setelah pintu Al-Hannathin. Abu Syihab berkata, “Aku pun pergi ke tempat yang di maksud, Sufyan adalah kawanku. Aku melihatnya tengah terlentang, lalu aku memberinya salam. Namun, tidak bertanya apapun seperti biasanya, dan tidak menjawab salamku. Aku berkata padanya, “Sesungguhnya saudara perempuanmu mengirimkan satu kantong kue dan khusykannaj untukmu.“ Ia berkata, “Bawa sini cepat.” Lalu ia pun duduk.
Aku berkata, “ Wahai Abu Abdillah, aku datang kepadamu, tetapi kamu tidak menjawabnya. Namun, ketika aku katakana kepadamu bahwa aku membawa sekantong kue yang tidak seberapa harganya, maka kamu segera duduk dan berbicara kepadaku.”

Bahtera Nabi Nuh ‘Alaihissalam Kapal Penyelamat Umat yang Taat

Kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam terus-menerus menentang apa yang beliau dakwahkan. Kadar kekufuran, kejahatan, dan pembangkangan mereka –baik dengan perkataan maupun perbuatan—sudah mencapai puncaknya. Para orang tua, apabila melihat anaknya sudah beranjak dewasa, selekas mungkin berwasiat agar jangan beriman kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam serta hendaklah terus memerangi dan menyelisihi beliau.

Maka lengkap sudah kejahatan dan kesalahan yang terkumpul pada kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. Mereka telah kufur dan berbuat kejahatan secara merata. Kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam benar-benar durhaka sampai mengingkari kerasulan Nabi Nuh ‘alaihissalam di akhirat. Nabi Nuh ‘alaihissalam menyimpulkan bahwa pada diri mereka sudah tidak ada harapan kebaikan sama sekali. Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan pelajaran setimpal kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman,
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
Maka dia (Nabi Nuh) berdoa kepada Robb-nya: ‘Sesungguhnya diriku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).’” (QS. Al-Qomar: 10)
وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لاَتَذَرْ عَلَى اْلأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
(Nabi Nuh) berkata: “Wahai Robb-ku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS. Nuh: 26)

Ibnu Al-Jazari Menumbangkan Jagoan Romawi

Menumbangkan Jagoan Romawi
Pahlawan Islam terkemuka yang lain adalah seorang laki-laki yang hidup pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Orang itu dijuluki sebagai ahli tipu daya perang, keberanian, dan kehebatan. Dia bernama Ibnu Al-Jazari.

Al-Qurtubi dalam kitab tarikhnya berkata, “Suatu hari, Harun Al-Rasyid keluar bersama pasukannya untuk menyerbu Konstantinopel dengan kekuatan 130 ribu orang mujahid pasukan berkuda, jumlah yang besar itu tidak termasuk sukarelawan, para remaja, dan pelayan (yang bertugas menyediakan logistik untuk para mujahidin pen.). Penguasa Konstantinopel waktu itu bernama Ya’fur bin Istabraq.
Setibanya di Konstantinopel, kaum muslimin melakukan pengepungan terhadap Konstansinopel, hingga penduduk kota itu merasakan kesempitan dan kesukaran hidup yang amat hebat. Dan hampir saja kaum muslimin berhasil merebut Konstantinopel dari tangan kaum kafir. Maka Ya’fur keluar berjalan menemui Al-Rasyid untuk meminta perjanjian damai dan rela membayar jizyah bahkan dari tangannya sendiri, anak keturunannya serta seluruh penduduk negeri. Ditambah lagi, Ya’fur akan membayar seluruh biaya yang dikeluarkan kaum muslimin sejak keluar dari Baghdad hingga mendekati Konstantinopel dan ditambah pula dengan hadiah-hadiah yang akan menyenangkan hati kaum muslimin. Juga yang sangat penting, Ya’fur berjanji akan membebaskan seluruh kaum muslimin yang tertawan dan dipenjarakan di seluruh negerinya. Harun Al-Rasyid pun memilih untuk menyelamatkan darah kaum muslimin yang tertangkap, sehingga beliau memutuskan untuk menerima tawaran Ya’fur. Selanjutnya Ya’fur akan mengeluakan jizyah sebesar lima 500.000 dinar (uang emas) kepada Al-Rasyid. Untuk menyeselaikan urusan tersebut, Al-Rasyid memerintahakan salah seorang komAndan pasukan mujahidin untuk mengambil harta jizyah, membebaskan kaum muslimin yang tertawan dan mengambil hadiah dari Ya’fur. Medengar adanya perjanjian tersebut, kaum muslimin merasakan kegembiaraan yang sangat besar waktu itu.
Kemudian Al-Rasyid kembali menuju negeri Islam. Ketika sampai di daerah Riqqah, Harun Al-Rasyid menderita sakit sehingga diputuskan untuk berhenti. Kabar tentang sakitnya Al-Rasyid sampai ke telinga Ya’fur, maka dia berbuat khianat dengan tidak menepati janji terhadap kaum muslimin. Tidak ada satu pun pelaksanaan dari isi perjanjian yang telah dia tetapkan sendiri. Kaum muslimin mengetahui peristiwa tersebut, akan tetapi mereka tidak berani menyampaikan pengkhianatan Ya’fur atas Harun Al-Rasyid dikarenakan sakit yang beliau derita. Hingga ketika beliau sembuh dari sakit, barulah beberapa penyair dari kaum muslimin menyampaikan beberapa bait syair, yang isinya memberitahukan kepada Al-Rasyid bahwa Ya’fur telah melakukan pengkhianatan terhadap kaum muslimin. Lalu Al-Rasyid bertanya tentang peristiwa sebenarnya, maka kaum muslimin menyampaikan berita tentang pengkhianatan Ya’fur. Segera Harun Al-Rasyid memerintahkan para mujahidin untuk kembali menyerbu Konstantinopel. Mereka kembali berjalan sehingga sampai di daerah Harqalah. Kemudian Al-Rasyid berkata, “Tidak akan meminta jizyah dari mereka, sampai aku mampu menaklukan negeri ini.”
Abu Ishaq Al-Fazari berkata kepada beliau, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Harqalah ini adalah salah satu benteng terbesar dan terkuat dari benteng-benteng yang dimiliki musuh, dan kita tidak akan mampu menaklukannya kecuali setelah usaha yang sangat keras. Jikalau Anda berusaha untuk menaklukannya, maka pasukan kaum muslimin tidak mencukupi. Akan tetapi jika Anda tidak berusaha menaklukan Harqalah, maka hal itu merupakan kehinaan atas agama kita, mengurangi kekuasaan, Anda dan menjadi aib bagi seluruh kaum muslimin.” Sehingga atas hasil musyawarah dengan seluruh komAndan pasukan, diambillah keputusan agar Amirul Mukminin memasuki sebuah ktoa besar terdekat yang dikuasai kaum muslimin terlebih dahulu. Kemudian beliau meminta bantuan penduduk muslim untuk menambah jumlah kekuatan sehingga mencukupi untuk menaklukan Konstantinopel, kemudian menaklukan benteng Harqalah dan benteng-benteng lain.
Ibnu Mukhallad berkata, “Benteng Harqalah ini merupakan benteng yang sangat besar dan mereka memiliki banyak benteng yang serupa dengan benteng ini. Apabila kita mampu menaklukannya, maka orang kafir itu pasti akan terhina. Dan tidak akan ada seorang pun yang tersisa kecuali tunduk di bawah kekuasaan Amirul Mukminin.” Kemudian Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan peralatan berupa manjanik yang berjumlah banyak serta mempersiapkan diri menghadapi pertempuran. Ketika pasukan telah siap, maka beliau mengirim Abdullah bin Abdul Malik bersama pasukannya menuju negeri Romawi yang kemudian berhasil menawan serta membunuh banyak musuh dan membawa harta ghanimah yang tidak sedikit. Beliau juga mengutus Daud bin Ali untuk menyerbu negeri Romawi dengan membawa 70.000 pasukan berkuda. Mereka berhasil menawan, membunuh banyak sekali musuh dan membawa ghanimah yang tidak sedikit pula. Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid juga mengirim Syurahbil bin Mu’an bersama pasukanya, yang kemudian berhasil menaklukan benteng Ash-Shaqalah. Beliau juga mengutus Zaid bin Mukhallad bersama sepasukan mujadhidin untuk menguasai benteng Shafshaf. Beliau mengutus Jamil bin Ma’ruf beserta para mujahidin untuk membakar benteng-benteng musuh, membunuh banyak sekali pasukan kafir dan membawa 17.000 tawanan perang ke hadapan Amirul Mukminin.
Selanjutnya Al-Rasyid tinggal bersama dengan para mujahidin di dalam benteng Harqalah selama tujuh belas hari. Beliau merasa sempit dengan tinggalnya beliau dalam benteng tersebut dan semakin menipisnya perbekalan. Beliau mengadukan keadaan ini kepada para penasihat beliau. Al-Fazari berkata, “Saya telah memberikan nasihat kepada Amirul Mukminin sebelumnya, akan tetapi Anda tetap teguh pendirian. Saya sampaikan kembali bahwa saat ini kita tidak mempunyai jalan lain, walaupun kita nantinya harus terbunuh. Saya akan memberikan beberapa nasihat yang jika Amirul Mukminin bersedia menerimanya, saya harap semoga Allah memberikan kemenangan dan pertolongan.” Al-Rasyid berkata, “Kalau begitu katakanlah$21 Kami tidak akan menyelisihi pendapatmu, dari awal sampai akhir.”
Kaum muslimin pun diperintahkan untuk memotong pepohonan, memindahkan bebatuan, dan kepada seluruh pasukan disampaikan bahwa Amirul Mukminin berkeinginan untuk bertempat tinggal di dalam benteng Harqalah. Oleh karena itu, hendaklah setiap pasukan Islam membangun tempat tinggal di dalam benteng.

Ibnu Al-Jazari Menumbangkan Jagoan Romawi

Setelah semua rencana dijalankan, dimulailah pertempuran melawan tentara Romawi dengan usaha merebut benteng Anwah. Dan jalannya peperangan semakin berkecamuk. Mendekati siang Al-Rasyid tertidur, peperangan juga mereda. Saat itulah pintu benteng terbuka dan dari dalamnya seorang laki-laki Romawi keluar dengan membawa persenjataan lengkap serta mengendarai seekor kuda yang sangat gagah. Laki-laki itu berteriak dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih, “Wahai orang-orang Arab, keluarkanlah dua puluh jagoan kalian yang ahli mengendarai kuda untuk menghadapi aku.” Akan tetapi tidak ada seorangpun pasukan Islam yang maju menghadapinya, karena melihat Al-Rasyid sedang tidur (sehingga kaum muslimin tidak berani memberikan keputusan melangkahi pendapat Amirul Mukminin pen.). Tidak ada seorang pun yang memberanikan diri untuk membangunkan beliau. Orang Romawi itu terus berkeliling di antara dua kelompok besar pasukan, sambil terus meneriakkan tantangan kepada kaum muslimin. Keadaan seperti itu menyebabkan timbulnya kegaduhan dan rasa takut di kalangan pasukan Islam, akibatnya goncanglah barisan kaum muslimin. Peristiwa itu menyebabkan orang-orang Romawi tertawa dan merasa sangat gembira, lalu terlihat laki-laki yang tadi menantang masuk ke dalam benteng dengan perasaan bangga. Ketika Al-Rasyid akhirnya terbangun, beliau diberitahukan tentang peristiwa yang baru saja dialami kaum muslimin. Mendengar kabar tentang peristiwa yang baru saja dialami kaum muslimin, beliau merasa sangat terganggu, menyesal, hatinya risau, dan kemudian beliau bangun, berdiri, lalu duduk kembali. Selanjutnya Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid bertanya, “Kenapa kalian tidak membangunkan aku? Dan kenapa salah seorang dari kalian tidak maju untuk menghadapinya?” Beberapa pasukan Islam berkata, “Kelengahan mereka (dengan kejadian tadi pen.) akan mendorong orang Romawi itu keluar dari benteng mereka esok hari.” Dan malam harinya Al-Rasyid tidak mampu memejamkan mata.
Pagi harinya, laki-laki Romawi itu keluar lagi seraya meneriakkan tantangan sebagaimana yang dia lakukan kemarin. Harun Al-Rasyid berkata, “Keluarkanlah dua puluh orang pasukan berkuda menghadapi orang itu.” Mendengar ucapan Amirul Mukminin, Ibnu Mukhallad berkata, “Demi Allah, Wahai Amirul Mukminin, cukup satu orang saja yang menghadapinya. Jika dia mampu mengalahkan orang Romawi itu, maka alhamdulillah. Akan tetapi apabila dia terbunuh, maka dia terbunuh sebagai syahid. Dengan begitu orang Romawi yang lain tidak akan mendengar bahwa seorang pasukan Romawi harus dihadapi oleh dua puluh orang pasukan Islam.” Al-Rasyid berkata, “Benarlah apa yang engkau katakan.” Pada saat itu di dalam barisan kaum muslimin terdapat seorang pejuang yang bernama Ibnu Al-Jazari yang terkenal dengan keberanian dan kekuatannya. Dia berkata, “Aku yang akan keluar untuk menghadapi orang itu dan aku memohon kepada Allah semoga Dia menurunkan pertolongan-Nya kepadaku.”
Kemudian Al-Rasyid memerintahkan seseorang untuk mempersiapkan kendaraan perang dan persenjataan untuk Ibnu Al-Jazari, akan tetapi Ibnu Al-Jazari berkata, “Aku tidak membutuhkannya.” Maka Al-Rasyid hanya mendoakan kemenangan dan memberikan nasihat agar Ibnu Al-Jazari selalu waspada. Kemudian bergeraklah dua puluh orang pasukan Islam bersama Ibnu Al-Jazari untuk mengawalnya.
Ketika pasukan Islam sampai di tengah lembah (antara dua pasukan pen.), orang Romawi itu berkata, “Wahai orang Islam, kalian berbuat curang. Aku meminta kalian untuk mengeluarkan dua puluh jagoan kalian, akan tatapi yang datang menghadapiku berjumlah dua puluh satu orang.” Salah seorang pasukan Islam menjawab teriakan Romawi, “Yang akan menghadapimu hanya satu orang. Kami hanyalah mengantar orang ini dan kami akan segera kembai.” Si kafir Romawi berkata, “Aku telah memohon kepada Allah, semoga aku berhadapan dengan Ibnu Al-Jazari.” Ibnu Al-Jazari berkata, “Benar, aku Ibnu Al-Jazari.” Si kafir Romawi menjawab, “Wahai teman, aku merasa cukup puas berhadapan denganmu.”
Kembalilah dua puluh orang pasukan Islam menuju barisannya dan mulailah kedua jagoan bertarung. Pertarungan berlangsung dengan seru dan melelahkan. Sedangkan kaum muslimin dan orang-orang musyrikin memperhatikan jalannya bertarungan dengan hati berdebar. Tiba-tiba terlihat Ibnu Al-Jazari bergerak menghantam musuh. Keadaan itu menyebabkan hati orang-orang musyrikin mulai khawatir dan terkoyak, sedangkan kaum muslimin terlihat gaduh karena peristiwa itu. Ibnu Al-Jazari semakin menguasai keadaan, dia mampu mengurung musuh dengna serangannya dan akhirnya tumbanglah si kafir Romawi dari pelana kudanya. Dan tidaklah tubuh Romawi itu menyentuh tanah, kecuali saat itu kepalanya telah terpisah dari badan. Maka bertakbirlah kaum muslimin dengan suara yang seakan-akan mampu meruntuhkan gunung. Akibatnya, tercerai berailah barisan musyrikin. Kemudian kaum muslimin memulai peperangan dengan semangat tinggi. Dan akhirnya benteng Anwah berhasil dikuasai dengan membawa korban dan tawanan yang sangat banyak dari pihak Romawi.
Ketika Ibnu Al-Jazari datang menghadap Al-Rasyid, maka Al-Rasyid mendudukkan di hadapannya. Selanjutnya Ibnu Al-Jazari diberi harta rampasan yang sangat banyak sehingga hampir saja dia tidak mampu membawanya, akan tetapi Ibnul Jazari menolak semua pemberian tersebut.
Selanjutnya Al-Rasyid bersama para mujahidin bergerak menuju Konstantinopel mendengar gerakan pasukan Islam, para uskup dan penjaga bergegas menghadap Amirul Mukminin untuk memohon ampunan serta belas kasihan atas kelancangan penguasa Romawi Ya’fur. Mereka berjanji bahwa hari itu juga mereka akan menepati semua perjanjian mereka dengan kaum muslimin keluar dari Baghdad hingga Konstantinopel dan memberikan hadiah kepada kaum muslimin. Para uskup dan pendeta terus memohon dengan merendahkan diri di hadapan kaum muslimin. Bahkan mereka sujud dan meletakkan dahi mereka pada permukaan tanah. Hingga akhirnya permohonan belas kasihan mereka diterima oleh kaum muslimin. Selanjutnya Al-Rasyid tetap bertahan di tempat pemberhentiannya selama beberapa saat sehingga semua tuntutan kaum muslimin terpenuhi. Orang-orang Nasrani kemudian menyerahkan tiga 300.000 dinar (uang emas) setiap tahun ditambah 50.000 dinar jizyah setiap tahun kepada kaum muslimin. Ditambah syarat lain yaitu orang-orang Nasrani tidak diperbolehkan mendiami perbentengan baik di Harqalah ataupun benteng lain.
Ketika Amirul Mukminin Al-Rasyid dan seluruh pasukan Islam telah bersiap untuk kembali ke Baghdad, penguasa Romawi Ya’fur menulis sebuah surat untuk Al-Rasyid yang berbunyi,
“Kepada Amirul Mukminin, seorang hamba Allah dan khalifah-Nya, dari Ya’fur penguasa Romawi.
Keselamatan semoga terlimpahkan kepada Anda, wahai penguasa agung, Amma ba’du,
Saya mempunyai hajat yang sederhana, remeh, dan tidak membahayakan agama Anda. Saya telah meminang seorang gadis yang merupakan anak perempuan dari penduduk Harqalah untuk dinikahkan dengan anak laki-laki saya. Apabila Anda menemukan gadis itu, maka saya memohon sudi kiranya Anda mengampuni dan mengirimkannya kepada kami agar hajat keluarga saya terlaksana. Semoga Anda mendapatkan limpahan karunia kebaikan dan keutamaan. Kemudian apabila Anda sudi menambah dengan memberikan kepada saya salah satu tenda perkemahan Anda (untuk perayaan pernikahan pen.), maka Anda lebih berhak untuk memutuskan. Selanjutnya saya memohon agar kedatangan gadis tersebut nantinya diiringi oleh para pendeta.”
Setelah membaca surat tersebut Al-Rasyid memerintahkan pasukan Islam untuk mencari keberadaan gadis yang dimaksud oleh Ya’fur. Setelah akhirnya ditemukan, maka Al-Rasyid memberikan kepadanya perbekalan yang baik dan mencukupi. Selanjutnya dipersiapkan iring-iringan yang panjang untuk mengantarnya. Al-Rasyid juga memberikan kepadanya permadani yang dihiasi dengan tilam emas dan perak. Ditambah berbagai wewangian yang menyemarakkan bau udara. Mendapat perlakuan seperti itu, maka Ya’fur merasa sangat gembira. Dia membalasnya dengan mengirimkan beberapa keledai yang berisi kekayaan yang berlimpah sebagai bukti ketundukannya kepada Amirul Mukminin. Seekor keledai membawa kekayaan mencapai sebanyak lima puluh ribu dirham (uang perak). Seekor keledai lain membawa banyak sekali kain sutera yang berhiaskan tilam perak yang merupakan kain paling mahal saat itu. Sekelompok keledai lain yang membawa banyak pakaian-pakaian pemburu, dua belas ekor elang pemburu dan beberapa ekor anjing pemburu yang mampu menangkap singa. Serta tiga ekor kuda khusus penarik beban. Keseluruhan harta fai’ tersebut segera dibagikan oleh Al-Rasyid kepada pasukan Islam. Sehingga ketika pulang menuju Baghdad, hanya dengan sekali peristiwa perang itu, kaum muslimin mampu menambah perbendaharaan. Baitul Mal sebanyak 3.100.000 dinar. Akhirnya kaum muslimin kembali dengan membawa kemenangan, kegembiraan, keberuntungan dan harta ghanimah yang sangat berlimpah.
Sumber: Kisah-Kisah Pahlawan Generasi Pilihan, Hilmi bin Muhammad bin Ismail, Wafa Press
Artikel www.KisahMuslim.com

Berbulan Madu dengan Bidadari…



Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid….selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,” kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”

About Me

History of ISLAM
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman